Air ialah sumber kehidupan, manusia butuh air untuk bertahan hidup
begitu juga tumbuhan dan hewan. Dan bumi ini pun tentunya membutuhkan
air sebagai penunjang kehidupan bagi dirinya sendiri maupun makhluk
hidup di dalamnya. Lupakan lah sejenak hiruk pikuk Pilkada maupun carut
marutnya PSSI ada masalah yang lebih penting bagiku yaitu krisis air
yang melanda hampir semua wilayah di Indonesia.
Ironis sekali Indonesia sebenarnya merupakan salah satu negara yang kaya
air namun sekarang krisis Air bersih dimana-dimana,tidak hanya
menganggu aktifitas sehari-hari seperti mandi,mencuci,minum namun
pemanfaatan air untuk pertanian dan perikanan pun menjadi terganggu,
sawah pertanian kering menyebabkan gagal panen dan kerugian lainnya.
Dan yang menyedihkan ialah hal ini terus berulang dari tahun ke tahun di
daerah Saya saja di Bogor yang terkenal dengan kota hujan sekalipun
krisis air dimana-dimana, bagaiamana dengan daerah lain yang curah
hujannya rendah?kemana pemerintah dan pihak terkait menanggulanginya?
Namun menurut Saya sekarang bukan saatnya menyalahkan siapapun harus ada
kesadaran kolektif semua lapisan masyarakat mengenai pentingnya
pemanfaatan air bagi kehidupan tidak hanya berhemat namun bagaimana
Indonesia yang kaya air memiliki cadangan air yang cukup sehingga
permasalahan krisis air bisa diatasi.
Dalam acara Forum Air Dunia II (World Water Forum) di Den Haag (Maret, 2000) disebutkan bahwa Indonesia
termasuk salah satu negara yang akan mengalami krisis air pada 2025.
Penyebabnya antara lain kelemahan dalam pengelolaan air, seperti
pemakaian air yang tidak efisien. Laju kebutuhan akan sumber daya air
dan potensi ketersediaannya sangat pincang dan semakin menekan kemampuan
alam dalam menyediakan air.
Kamis, 20 September 2012
Krisis Air Krisis Hati
Dalam
artikelnya "KRISIS AIR DI KOTA; Masalah dan upaya pemecahannya
(Perbandingan dengan upaya pemecahannya di Jepang)" pakar Puslit
Geotekhnologi LIPI Rachmat Fajar Lubis menyinggung soal ini dikatakan
diantaranya mengenai jenis air serta ketersediaannya:
JENIS AIR SERTA KETERSEDIAANNYA
Saat
ini berdasarkan siklus hidrologi dapat kita lihat ada beberapa jenis
sumberdaya air yang dapat digunakan: Sumberdaya air itu untuk di
Indonesia, dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu : sumberdaya air hujan,
air permukaan dan airtanah. Untuk Jepang yang memiliki 4 musim
sumberdaya air ini ditambah dengan sumberdaya air yang berasal dari
salju. Indonesia hanya memiliki sumberdaya air ini di puncak Jayawijaya,
Propinsi Papua yang jauh dari perkotaan. Sumberdaya air yang berasal
dari salju tidak akan dibahas dalam tulisan ini.
Sumberdaya Air Hujan.
Indonesia
memiliki curah hujan yang besar yaitu 1000-4000 mm/tahun atau dapat
dikatakan 2 – 22 mm/hari. Angka ini merupakanlah suatu potensi yang
sangat baik sebagai ketersediaan sumberdaya air. Permasalahan utama di
Indonesia adalah hujan ini tidak turun setiap hari. Indonesia mengenal 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Rata-rata
musim ini akan berlangsung selama 6 bulan untuk pulau-pulau besar di
Indoensia. Untuk pulau kecil bisa mencapai 220 hari hujan dalam satu
tahun (BMG,, 2006). Hal inilah yang menjadi penyebab utama ketidakseimbangan dalam ketersediaan air di Indonesia (water imbalance). Kita mungkin sering mendengar istilah `Banjir di kala Hujan dan Kekeringan di Kala Kemarau`.
Untuk
masyarakat perkotaan Indonesia, ketersediaan air hujan sebagai
salahsatu sumberdaya air seringkali terlupakan. Hujan yang turun secara
intensif lebih sering dianggap sebagai bahaya banjir yang akan datang
daripada sebagai sumber air yang sangat diharapkan.
Melihat masyarakat Jepang, mereka mempunyai suatu sistem pengumpulan air hujan yang disebut ”ROJISON” (???)
sistem ini seringkali digambarkan sebagai simbol dari keamanan dan
perlindungan lingkungan. Air hujan yang berasal dari atap rumah
dikumpulkan dalam suatu tangki di bawah permukaan yang terletak di dekat
rumah-rumah tersebut. Air ini dapat dipompa dengan menggunakan pompa
tangan dan digunakan untuk kasus-kasus darurat seperti kebakaran atau
gempa bumi. Pada Musim panas dapat digunakan anak-anak yang kepanasan
untuk bermain air dan menyiram tanaman. Sistem Rojison ini dapat kita
lihat salahsatunya di daerah Mukojima, Tokyo (NPO People for rainwater http://www.skywater.jp/case102_e.html)
Selain
sistem penampungan atap rumah yang beragam, pemerintah Jepangpun
mendayagunakan bangunan-bangunan pemerintah sebagai pengumpul air hujan.
Sebagai salahsatu contoh: gedung Ryogoukan di kota Tokyo yang terkenal
sebagai arena pertandingan olahraga nasional Jepang, Sumo. Gedung ini
juga digunakan sebagai pengumpul hujan. Desain atapnya yang unik selain
didesain berdasarkan desain khas Jepang juga digunakan sebagai pengumpul
air hujan dengan luasan atap 8.400 m2. Air tampungan ini digunakan untuk keperluan perawatan gedung itu sendiri dan tidak digunakan sebagai air minum
Atap
Gedung Ryogoukan, Tokyo. Arena olahraga Sumo yang juga berfungsi
sebagai pengumpul air hujan sebagai cadangan air yang tidak diminum
PENERAPAN PENGUMPULAN AIR HUJAN DI PERKOTAAN INDONESIA
Di
Indonesia, teknologi pengumpulan air hujan sebenarnya bukanlah suatu
ide yang baru. Masyarakat di daerah transmigran dan pedesaan yang
terletak jauh dari sungai, sudah lama memanfaatkan teknologi ini. Di
perkotaan, konsep sumur resapan pun menggunakan ide pengumpulan air
hujan.
Usulan
dalam tulisan ini : selain untuk sumur resapan, tampungan air hujan ini
digunakan untuk peruntukkan air baku perunit rumah di daerah perkotaan
Kendala
dalam pengumpulan air ini adalah kekhawatiran warga kota akan kualitas
air hujan. Hujan asam (hujan dengan pH dibawah 5,6) serta kualitas udara
kota yang kurang baik sering menjadi penyebab kekhawatiran warga kota
untuk menggunakan air ini. Salahsatu upaya pemecahan yang ditawarkan
adalah memasang saringan alami sebelum air masuk ke bak penampungan dan
mengukur pH air tampungan sebelum digunakan dengan menggunakan pH meter
atau kertas lakmus. Jika memang kualitas tidak terlalu baik, air
tampungan ini sebaiknya digunakan untuk kebutuhan air baku saja dan
tidak diminum (non pottable use). Salahsatu cara untuk mengurangi
keasaman air tampungan : Biasanya pada 2-5 menit pertama, air hujan
akan membawa kotoran pada atap dan berkondensasi mengandung asam yang
tinggi. Upayakan untuk menghindari air hujan ini memasuki bak tampungan.
Sumberdaya Air Permukaan dan Airtanah
Indonesia,
sebenarnya merupakan salah satu diantara negara-negara yang kaya air
setelah Brasil, Rusia, Cina, dan Kanada. Hal ini tercermin juga pada
potensi ketersediaan air permukaan, terutama dari sungai, yang menurut
catatan Departemen Pekerjaan Umum?(2006),
memiliki debit rata-rata 15.500 meter kubik per kapita per tahun, jauh
melebihi rata-rata dunia yang hanya 600 meter kubik per kapita per
tahun.
Dalam
sejarahnya air sungai memegang peranan penting dalam pengembangan
kota-kota di Indonesia. Hampir semua kota di Indonesia terkenal dengan
sungainya. Jakarta dengan Ciliwungnya Palembang dengan sungai Musinya,
Samarinda dengan sungai Mahakamnya dan banyak lagi.
Permasalahan
yang utama adalah debit sungai yang mengacu kepada ketersediaan curah
hujan yang tetap setiap tahunnya tidak dapat mengimbangi pertumbuhan
penduduk yang luar biasa. Sebagai contoh : di Pulau Jawa yang
penduduknya mencapai 65 persen dari total penduduk Indonesia, hanya
tersedia 4,5 persen potensi air permukaan nasional (Dep.PU, 2006).
Faktanya, jumlah ketersediaan air sungai di Pulau Jawa yang mencapai
30.569,2 juta meter kubik per tahun tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan air bagi seluruh penduduknya. Artinya, di pulau yang terpadat
penduduknya itu selalu mengalami defisit, paling tidak hingga 2015. Ini
akan terus meningkat jika tidak ada upaya konservasi dan efisiensi
pemanfaatannya.
Permasalahan
lainnya adalah ketersediaannya pun sangat fluktuatif antara musim hujan
dan musim kemarau. Catatan Departemen PU (2006) menunjukkan, pada musim
hujan debit air di Sungai Cimanuk, misalnya, mencapai 600 meter3/detik, tetapi pada musim kemarau hanya 20 meter3/detik.
Masyarakat
Jepang menggunakan kombinasi air permukaan dan airtanah untuk memenuhi
kebutuhan air minum di daerah perkotaannya. Upaya ini sepenuhnya
dilaksanakan oleh pemerintah kota. Gambar dibawah ini menunjukkan
skenario penyediaan sumberdaya air di perkotaan Jepang.
Bendungan
tua di tengah kota Mutsu, Propinsi Aomori dan Bendungan Ogouchi yang
membendung sungai Tama yang digunakan untuk pemenuhan air bersih kota
Tokyo, selain sebagai sumber air baku kota, bendungan inipun digunakan
sebagai obyek wisata yang dikenal dengan nama Danau Okutama-ko
Hal
yang menarik untuk penggunaan air baku bagi industri di perkotaan,
pemerintah Jepang menyediakan air yang hanya berasal dari air sungai
atau air buangan yang didaur ulang (recycle water). Penggunaan airtanah
untuk industri sangatlah dihindari. Pemerintah Jepang berupaya untuk
terus meningkatkan penggunaan air daur ulang untuk kebutuhan indsutri
Di
Indonesia, penggunaan air permukaan dengan cara dibendung ini ini
menjadi sumber utama penyediaan air kota oleh pemerintah (PDAM). Permasalahan
yang muncul adalah perluasan kota yang sangat cepat tidak dapat
diimbangi oleh ketersediaan debit air yang memadai. Sudah menjadi
rahasia umum bagi masyarakat perkotaan, bahwa mereka yang tinggal jauh
dari pusat distribusi air PDAM hanya mendapatkan air baku di malam hari
atau malah tidak sama sekali.
Sumberdaya Airtanah.
Peran
airtanah sebagai sumber daya yang melengkapi air permukaan untuk
pasokan air yang terus meningkat dapat dipahami karena beberapa
keuntungannya yaitu : kualitas air yang umumnya baik, biaya investasi
relatif rendah, dan pemanfaatannya dapat dilakukan di tempat yang
membutuhkannya (insitu). Namun pengambilan air tanah yang
berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap sumber daya itu
sendiri maupun lingkungan sekitarnya seperti intrusi air laut,
pencemaran akuifer, penurunan kualitas airtanah akibat pemompaan yang
berlebih dan amblesan tanah (land subsidence). Melihat hal ini,
penggunaan air tanah sebaiknya dilakukan apabila sumberdaya air lainnya
tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan air untuk berbagai keperluan baik
jumlah maupun mutunya.
Jepang pada masa awal perkembangan industri dan perkotaannya
mengalami penurunan airtanah yang sangat drastis dan mengakibatkan
penurunan airtanah di berbagai kota besar di wilayahnya. Untuk mengatasi
masalah ini, pemerintah Jepang memberlakukan pengawasan yang ketat
terhadap penggunaan airtanah ini. Upaya ini memetik hasil yang baik,
saat ini muka airtanah diberbagai kota besar Jepang mulai mendekati
kondisi awal pada saat sebelum pengambilan airtanah secara
besar-besaran.
Sumberdaya air laut
Untuk
perkotaan di tepi laut, sumberdaya ini dapat digunakan sebagai
alternatif penyediaan air baku untuk keperluan sehari-hari. Indonesia
yang kaya dengan sinar matahari dapat mengembangkan potensi sumberdaya
air ini sebagai salahsatu alternatif. Jepang mengembangkan teknologi ini
sejak tahun 1974 di Propinsi
Nagasaki. Saat ini Jepang juga telah membangun pusat desalinisasi air
laut di wilayah paling Selatan dari negaranya yaitu di Okinawa, daerah
kepulauan dengan iklim sub-tropis. Di pulau Okinawa (lokasi ibukota
propinsi ini) telah dibangun pusat pengolahan air laut Chatan, dengan
kapasitas produksi 40.000 m3/ hari dan menggunakan teknologi
reverse osmosis membran yang juga telah dikenal dengan baik di
Indonesia. Untuk aplikasi di Indonesia, teknologi ini telah dikembangkan
untuk skala industri besar (Pupuk Bontang dll) tapi belum untuk skala
perkotaan.
sumber :http://www.geotek.lipi.go.id/?p=652
Menyedihkan
sekali memang sudah saatnya kita menyadari betapa pentingnya air dan
menjaga serta memanfaatkanya demi kehidupan, mungkin karena krisis hati
karena ketidakpedulian kita akan air itu sendiri dan memperlakukan air
sesuakanya menyebabkan kita sekarang krisis Air, seperti air sebagai
sumber kehidupan, Hati juga sebagai sumber kehidupan jiwa manusia yang
harus dijaga. Jika hati ini baik maka baiklah seluruh tindakan dan
perbuatan kita tidak terkecuali dalam menjaga dan melestarikan air.
Semoga permasalahan krisis air ini dapat segera diselesaikan.
0 comments:
Posting Komentar