Jika
sekarang sering muncul berita mengenai kekerasan antar umat beragama
atau sesama pengikut agama sendiri seperti kasus di cikeusik dan Sampang
yang sampai merenggut korban jiwa dan puluhan rumah hangus dibakar.
sebaliknya di kampung saya sendiri di kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor
tepatnya di sekitar pasar lama Ciampea di Jalan Letnan sukarna Ciampea
masyarakat disana walaupun berbeda-beda agama namun dari dulu hingga
sekarang hidup rukun dan damai tidak pernah terdengar konflik apalagi
huru hara antar agama disana.
Jika
Anda ke sana akan menemukan pemandangan yang luar biasa dimana
Mesjid,Gereja,Klenteng sangat berdekatan hanya beberapa meter saja namun
setiap umat beragama dapat beribadah dengan nyaman.
Di
sekitar kawasan pasar lama itu dihuni oleh 2 desa yaitu desa dan Desa
Ciampea,.etnis sunda dan tionghoa menjadi suku terbesar disana namun
sekali lagi mereka hidup rukun toleransi saling bantu satu sama lain,
Agama yang dianut di kawasan tersebut diantaranya, Islam, Kristen
Protestan,Kristen Katolik,Buddha,Konghucu.
- Mesjid Miftahul Jannah di Desa Benteng kec.Ciampea Kabupaten Bogor konon merupakan mesjid yang tertua di Bogor Barat
Pasar
Ciampea lama terletak dipinggir jalan raya penuh dengan orang yang
lalu lalang. Kendaraan berbagai jenis mulai angkutan umum sampai mobil
pribadi halu lalang juga karena memang di pasar ini lah angkutan umum
dari bogor ke ciampea dan Leuwiliang ke Ciampea berhenti disini. Sebelum
memasuki pasar lama diiantara banyak mesjid di pinggir jalan raya
terdapat sebuah gereja berdiri kokoh dengan arsitektur cirri khas gereja
sebagai tempat beribadah umat kristiani,
- Gereja Pentakosta yang beralamat Pasar Ciampea RT 02 RW 02 Desa Ciampea
Dan
beberapa meter dari gereja tersebut tepat di seberang pasar Ciampea
terdapat kelenteng Hok Tek Bio. Bangunan yang berdiri di lahan seluas
800 meter persegi yang lokasinya tepat berada di kawasan Pasar Ciampea
lama itu ini di dalamnya terdapat sebelas altar yang biasa digunakan
masyarakat Tiongha untuk beribadah terutama penganut Konghucu dan Budha.
- Klenteng Hok Tek Bio Ciampea
Setiap
altar memiliki makna dan fungsi yang berbeda Seperti altar tuan rumah
Kelenteng Hok Tek Bio Ciampea, yakni Hok Tek Tjeng Sien (Dewa Bumi) yang
berada di bagian tengah.
Kongco Hok Tek Ceng Sien yang diyakini sebagai pelindung orang miskin dan konon semua doa akan terkabul.
Kongco Hok Tek Ceng Sien yang diyakini sebagai pelindung orang miskin dan konon semua doa akan terkabul.
Sedangkan
bagi para petani, biasanya bersembahyang di altar Hok Tek Ceng Sien.
Menurut kepercayaan, bisa membuat panen dan ternak berkembang dengan
baik.
Di
sebelah kiri, terdapat tempat sembahyang kepada Kongco Kwan Kong. Patung
seorang jenderal terkenal yang hidup pada zaman Tiga Negara (Sam Kok,
165-219 M).
Ia
dianggap sebagai Dewata Pelindung Kuil dan bangunan-bangunan Suci.
Pengikut Tao menjunjungnya sebagai Malaikat Pelindung Peperangan.
Selain
itu, Patung Dewi Kwan Im atau Kwan She Im Phosat yang dipercaya sebagai
penjelmaan Buddha Welas Asih di Asia Timur. Dan terakhir, tempat
pemujaan Eyang Raden Suryakencana yang berada di bagian belakang
Kelenteng Hok Tek Bio Ciampea.
Eyang Raden Suryakancana adalah karuhun orang Sunda yang diyakini masyarakat Sunda bersemayam di Gunung Gede.
Seharusnya
kehidupan umat beragama di Ciampea ini bisa dijadikan contoh toleransi
antar umat beragama untuk bangsa Indonesia dan dunia, di sebuah Desa
kecil yang mayoritasnya muslim dengan banyaknya mesjid namun umat agama
lain masih diberi kebebasan dalam menjalankan ibadah agama dan
leluhurnya dan membangun tempat ibadah tanpa ada halangan.
0 comments:
Posting Komentar