Banyak sekali kisah-kisah yang sangat luar biasa mengenai
pribadi-pribadi luar biasa yang ada pada sahabat-sahabat Rasululloh
sendiri seperti kisah yang dialami oleh Syaidina Ali bin Abi Thalib
beserta keluarganya berikut ini
Suatu sore menjelang maghrib di bulan Ramadhan, Ali bersama anggota
keluarganya sedang bersiap-siap buka puasa dengan air putih dan
masing-masing sepotong roti kering. Kondisi keluarga Ali memang sedang
sulit, sehingga tak ada lagi makanan yang bisa disantap untuk berbuka
puasa.
Tiba-tiba terdengar suara orang memberi salam dan ketukan pintu.
Setelah dijawab dan pintu dibuka, orang itu berkata, "Wahai kecintaan
Rasulullah SAW, aku seorang miskin yang tak punya apa-apa untuk
berbuka. Tolonglah aku dan bagilah rezeki yang diberikan Allah SWT
kepada kalian. Semoga Allah SWT memuliakan kalian."
Mendengar keluhan itu, Ali diam sejenak. Tak lama kemudian, roti
bagiannya diserahkan kepada orang miskin itu. Tiba-tiba istri dan
anaknya juga melakukan hal yang sama. Maka, hari itu mereka hanya
berbuka dengan air putih saja.
Ternyata hari berikutnya, kejadian semacam itu terulang kembali. Saat
waktu berbuka puasa hampir tiba, terdengar suara orang memberi salam
dari luar rumah. Setelah salam dijawab dan pintu dibuka, orang itu
berkata, "Aku tidak tahu lagi harus pergi kemana. Aku hanyalah seorang
budak muslim yang baru saja dibebaskan orang kafir. Aku ingin
kebaikan kalian karena perutku lapar dan tubuhku sangat lemah
karenanya."
Ali segera mengambil sepotong roti bagiannya yang diikuti oleh istri
dan anak-anaknya. "Tak usahlah... makan saja bagian kalian." kata Ali
kepada keluarganya. "Tidak, demi Allah SWT aku tak bisa merasa kenyang
sementara aku tahu ada muslim lain yang kelaparan." jawab Fatimah.
"Alhamdulillah, kalian adalah orang yang mulia. Semoga Allah SWT
membalas kemuliaan kalian." sahut Ali. Maka, hari kedua itupun
keluarga Ali berbuka hanya dengan segelas air putih.
Hari ketiga, saat mereka menunggu maghrib, tiba-tiba mereka dikejutkan
dengan ketukan pintu dan ucapan salam dari seorang boca. "Ada apa
nak?" tanya Ali kepada anak itu.
"Aku seorang yatim, ayahku telah lama meninggal dunia. Ibuku kerja
sendirian. Beberapa hari ini perutku kosong, tak ada makanan yang bisa
dimakan." kata anak itu memelas.
Ali memang terkenal sangat menyayangi anak-anak. Bahkan dia juga
dikenal sebagai bapak para anak yatim. Tiap anak yatim menganggap Ali
sebagai pengganti ayah mereka. Tanpa pikir panjang, roti yang menjadi
bagiannya diberikan kepada anak itu. Namun, anggota keluarganya juga
mengikuti apa yang dilakukan Ali.
"Sudahlah... biar aku saja yang memberikan bagianku. Kalian makanlah bagian kalian." pinta Ali.
"Bagaimana aku dapat merasa kenyang sementara aku tahu putraku
menggigil karena lapar?" jawab Fatimah yang menganggap anak yatim
sebagai anak sendiri.
"Baiklah kalau begitu... tapi kalian anak-anakku, makanlah bagian
kalian. Biar ayah dan ibu yang mengurusi anak ini." pinta Ali kepada
anak-anaknya.
"Tidak ayah, bagaimana mungkin aku akan makan sementara aku tahu
seorang anak yang lebih muda usianya dariku harus berjuang menahan
lapar." jawab Hasan.
"Baiklah kalau begitu... Tapi engkau Husein dan Zainab, makanlah bagian kalian." pinta Ali.
"Tidak ayah, bagaimana mungkin aku harus makan sementara aku tahu sahabatku harus menanggung lapar." jawab Husein mengharukan.
"Baiklah kalau begitu... Engkau masih sangat kecil Zainab, makanlah bagianmu." pinta Ali kepada Zainab.
Sambil menangis terisak-isak, Zainab memeluk ibunya dan berkata, "Tidak
ayah, aku tak mau makan sendirian sementara kakakku tidak makan. Aku
tidak lapar ibu. Berikan bagianku kepadanya, teman kakakku." jawab
Zainab.
Jadilah, tiga hari berturut-turut di bulan Ramadhan itu keluarga Ali
hanya berbuka dengan air putih yang tentu saja tidak mengenyangkan.
Keadaan mereka kemudian diketahui oleh Rasulullah SAW yang rumahnya
berhadapan. Sambil memeluk dan mencium cucu-cucuNya, Hasan, Husain dan
Zainab, Rasulullah SAW mengemukakan firman Allah SWT yang artinya,
"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, ya
ahlul bait, dan membersihkan sebersih-bersihnya." (QS Al Ahzab : 33).
Sebagian ulama bahkan menyebut peristiwa di atas menjadi sebab turunnya
ayat tersebut.
Begitulah betapa Ali dan keluarga sangat mementingkan orang lain yang
membutuhkan, indahnya berbagi walaupun mereka sendiri berada dalam
kesusahan, bagaimana dengan kita?
tulisan lainnya :
0 comments:
Posting Komentar