Akhir-akhir ini sangat melelahkan, bukan karena lelah fisik tapi juga lelah pikiran dan hati. Mungkin hanya orang-orang terdekatku saja yang mengetahuinya. Sore itu sepulang kuliah, waktu ashar telah tiba Aku menyempatkan diri untuk shalat di mesjid dekat Terminal Laladon. mesjid itu berada di seberang jalan,sehingga Aku harus menyeberang dulu ke sana. Ketika kesulitan menyeberang karena banyaknya mobil yang halu lalang disana. Tiba-tiba seorang lelaki yang berprofesi sebagai calo angkutan umum yang sering Aku lihat di sekitar Terminal Laladon menyeberangkanku dengan sangat sopan. Ayo mas Saya seberangkan,katanya. Lantas kitapun menyeberang menuju mesjid untuk shalat. Ketika di depan mesjid lelaki itu tersenyum dan Aku pun membalas senyumanya lantas Dia bertanya “pulangnya kemana mas?”, ke Ciampea mas,jawabku.Dia hanya membalas oh di Ciampea mas. Kita pun pergi ke tempat wudhu untuk berwudhu.
Di tempat wudhu, ketika hendak berwudhu tiba-tiba lelaki itu bertanya kepadaku, boleh minta pendapatnya ga mas? Oh silahkan mas!kataku. kemudian Dia menjelaskan maksudnya ”dulu Saya punya pacar seorang wanita yang baik hati tetapi akhirnya wanita itu menikah dengan pria lain mungkin karena profesi saya ini keluarganya menjodohkannya dengan orang lain.(sama sepertiku,ucapku dalam hati) Tetapi sekarang wanita itu telah bercerai dengan suaminya. Dan saya pernah terikat janji untuk menikahinya mas. Terus Saya harus gimana mas apakah Saya harus menikahinya?” ya sudah nikah saja mas kalau memang sudah berjanji dan sudah bercerai. Lantas apa masalahnya mas?kataku. “sekarang dia berbeda mas tubuhnya penuh bercak-bercak….. Kemudian lelaki itu berhenti bercerita karena ada orang lain lagi yang datang berwudhu mungkin dia malu melanjutkan ceritanya,kemudian kita pun berwudhu dan shalat dengan menyisakan penasaran dalam diriku.
Setelah shalat dia melanjutkan ceritanya, “tubuhnya dan mukanya penuh bercak-bercak,bukan bercak-bercak sih tetapi apa gitu akibat luka bakar muka dan sebagian tubuhnya banyak noda akibat luka bakar. Saya sih mau menikahinya mas,karena saya mencintainya bukan fisiknya mas tetapi kebaikan hatinya,tetapi orang baik kenapa bernasib seperti itu yah?tetapi banyak teman dan juga sebagian keluarga tidak menyetujuinya kenapa tidak dengan wanita lain yang normal kata mereka, padahal keluarganya sudah menyetujuinya. Saya harus gimana mas? Orang tua sih setuju-setuju saja mas”. Aku terdiam sejenak mendengar ceritanya merasakan kesedihannya dan memikirkan jawabannya. Di Syurga dia akan terihat sangat cantik mas,tidak akan nada noda lagi. Saran saya nikahi saja mas. Jawabku. Dia pun tersenyum tetapi terlihat gurat kesedihan di matanya. Dengan senyum dia bilang “iya juga yah mas,saya berjanji akan menikahinya mas. Makasih yah mas” sama-sama ,balasku. Kemudian Aku pun pulang menuju rumah dan lelaki itu pun melakukan aktivitas biasanya.
Di tengah perjalanan pulang menuju rumah,tepatnya dalam angkutan umum pikiranku membumbung kemana-kemana dan hatiku sedih terus memikirkan kejadian tadi. Benar-benar kisah cinta yang luar biasa bagiku. Ketika cinta tidak hanya dilihat dari fisik saja tetapi dari hati. Cinta lelaki itu terhadap kekasihnya merupakan cinta yang murni layaknya kisah cintanya Laila-Majnun bukan cinta yang penuh nafsu dan seksualiatasnya Romeo-Juliet.
Aku pun terus berpikir dan merasakan. Pikiranku lantas tertuju hanya satu kata yaitu “PERUBAHAN”, dan muncul perntanyaan siapkah diriku akan perubahan? Pemikiran itu muncul ketika terjadi perubahan fisik wanita yang dicintai oleh calo angkutan tadi tetapi hebatnya calo angkutan tersebut merupakan lelaki yang telah siap akan perubahan tersebut. Cintanya tidak berkurang. Jika itu terjadi kepada diriku. Apakah Aku siap jika orang yang kucintai berubah fisik maupun sikapnya. Apakah Aku akan masih mencintainya atau malah menjauhinya?
Apakah diriku siap ketika perubahan datang dalam diriku? Percepatan Perubahan dan perkembangan tekhnologi,kebudayaan,pemikiran serta gaya hidup. Apakah Aku siap akan menghadapi tantangan zaman yang terus berubah? Jikalau cobaan,musibah datang menghampiriku apakah Aku akan siap dengan bersabar atasnya ataukah aku bersikap seperti yang dulu dengan bersikap lemah dan tak berdaya? Apakah Aku siap ketika nikmat dan kebahagiaan menghampiri diriku? Apakah Aku akan bersyukur atasnya atau malah melupakan Sang Pemberi kebahagian tersebut dengan hanya mengingat kebahagian tersebut? Apakah Aku siap jika memiliki kekasih? Apakah Aku akan lebih mencintai kekasih dunia daripada Sang kekasih abadi?
perubahan itu pasti akan datang kepada siapa saja kadang di waktu dan tempat yang tidak kita duga. Siapkah diriku akan semua itu ? Siapkah diri kalian akan perubahan yang akan terjadi nantinya kawan-kawanku?
Siapkah diriku?
0 comments:
Posting Komentar