Lazada Indonesia

Rabu, 01 Juni 2011

Seorang Kakek Tua

Libur kuliah ini tak banyak yang kulakukan selain pergi ke mall untuk mengunjungi toko buku sekedar membaca buku-buku yang Aku sukai, lumayanlah membaca gratisan.hehe. sore ini pun Aku pergi ke toko buku untuk melanjutkan bacaanku. Berhubung waktu Ashar sebentar lagi sekitar 15 menit, Aku pergi dulu ke mesjid dekat mall untuk menunaikan shalat, shalat di mesjid itu lebih nyaman daripada shalat di mall yang tempatnya sangat sempit. Sebuah ironi memang di mall yang besar itu mushola hanya bagian kecil diantara besarnya dan luasnya tempat jualan yang ada di mall tersebut. Dan hal itu kayaknya mewakili keadaan hampir semua pusat perbelanjaan di Indonesia, menyedihkan sekali. Akh sudahlah memang sekarang sudah zamannya gaya hidup hedonisme dan materialistik marak dipertontonkan.

Orang kaya begitu tidak bersalahnya memamerkan kekayaannya, kesenjangan sosial antara yang kaya dan yang miskin semakin tinggi. Lihatlah saja acara-acara televisi dan film-film hanya menonjolkan kemewahan dan mengagungkan kemewahan dan menghina kemiskinan. Bukankah orang kaya itu ada karena orang miskin. Orang kaya itu dikatakan kaya karena ada orang miskin sebagai pembandingnya, begitu juga orang cantik ataupun tampan mereka dibilang cantik dan tampan karena ada orang jelek sebagai pembandingnya seharusnya mereka sadar dan mensyukuri nikmat tersebut dan berbagi dengan mereka.

Tetapi Aku juga tidak suka dengan orang-orang miskin yang tidak berjuang keras melepaskan belenggu mereka dari kemiskinannya. Tetapi kejadian di mesjid hari ini benar-benar merubah pandanganku akan orang miskin dan juga pandangan hidupku akan pentingnya sebuah ilmu. Ketika menuju mesjid kulihat seorang kakek tua dengan pakaian yang lusuh dan ketika Aku mendekat padanya dia spontan melemparkan senyuman tulus kepadaku dan Akupun membalas senyumannya. Aku duduk didekatnya dan istirahat menunggu waktu Ashar tiba. Kita pun terdiam beberapa menit. Lalu kakek tua itu diluar dugaanku bertanya kepadaku tentang asalku dan Aku pun menjawabnya dan itulah awal perbincanganku dengan kakek tua lusuh itu.

Kemudian dia menanyakan kegiatanku, asal keluargaku,pekerjaan orangtuaku dan yang lainnya. Dia juga bercerita tentang keluarganya, Dia ternyata sebatang kara di dunia ini dan tidak memiliki keluarga lagi, kehidupannya hanya Dia jalani sebagai musafir berpindah-pindah tempat. Padahal umurnya sudah 90 tahun, Dia kemudian mendoakanku agar diberikan ilmu yang bermanfaat dan berguna dan keluargaku diberikan rezeki yang banyak dan halal. Yang paling Aku kagumi dari kakek tua itu ialah Nampak tidak sedikitpun berwajah sedih dan meminta belas kasihan seperti peminta-minta yang sering Aku jumpai. Ekspresi wajah dan senyumannya selalu menampakkan kebahagian dan keceriaan.

Luar biasa dengan beban hidup seberat itu Dia masih bisa menampakkan wajah sebahagia itu. Aku jadi malu pada diriku sendiri. Kadang dengan masalah kecil saja aku bisa down. Tetapi Kakek ini sungguh luar biasa, Aku sangat malu sekali. Ternyata masalah sebesar apapun yang kita terima, kita harus selalu sabar dalam menjalaninya dan tidak sepantasnya mengeluh. Hatiku menangis waktu itu. Doa kakek itu yang mendoakanku ilmu berbeda dengan mendoakan orangtuaku rezeki yang melimpah membuatku tersadar bahwa dengan ilmu lah hidupku akan lebih hidup dan Aku harus terus menuntut ilmu dan menambahkan ilmu pengetahuan supaya hidupku bisa lebih berguna nantinya. Mudah-mudahan Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Pintar memberikan Kita semua ilmu yang berguna dan bermanfaat sebagai bekal kita dalam menjalani kehidupan ini menjadi lebih baik lagi. Amiin

Setelah berbincang, Akupun berwudhu dan menjalankan shalat berjamaah. Setelah shalat Aku pergi ke toko buku dan kakek tua lusuh itu pun pergi melanjutkan perjalannya. Entah tempat mana lagi yang akan beliau kunjungi. Mudah-mudahan Aku dapat bertemu lagi dengannya, dan semoga Allah membalas semua kebaikan kakek itu dan juga kebaikan kita semua. Amiin

Terima kasih kakek dimanapun berada, Kau mengajariku sebagian arti hidup ini dan kesabaran dalam menjalani ujian hidup ini. Sungguh kebahagian sejati tidak dinilai dari banyaknya harta dan kekayaan tetapi dari hati yang ikhlas yang mampu menerima semua takdirNya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Terima kasih kek.

0 comments:

Posting Komentar