Tulisan ini merupakan sebagian dari bab 0 dalam Ebook Ketidakseriusanologi
Mungkin
dari pembaca ada yang bertanya kenapa bab ini dinamai bab 0 bukan bab
I,bab II,bab III dan selanjutnya.alasannya sederhana karena buku ini
pengen keliatan berbeda aja dari buku lain kalau buku lain memulai dari
bab I yang saya mulai dari bab 0 saja. Sekarang gantian saya yang
bertanya kenapa orang-orang sering melupakan angka 0 dalam bukunya
padahal angka 0 itu sendiri begitu penting dalam matematika.
0
bisa saja berarti ketiadaan atau kosong mungkin juga alasan itulah
yang menyebabkan angka 0 sering diabaikan orang bahkan oleh
pemikir-pemikir hebat ahli matematika yunani sekalipun dulu tidak
dimasukan dalam matematika karena menurut mereka akan menganggu
aritmetika.bagaimana tidak misalkan 2 x 6 = 12 maka berlaku juga 12 : 6 =
2 namun jika 0 dimasukan maka ketentuan tersebut menjadi tidak berlaku
contohnya 0 x 6 = 0 maka 0 : 6 bukan 2 hasilnya. Sehingga orang-orang
yunani dulu tidak memasukannya dalam matematika,mereka lebih memilih
menggunakan huruf-huruf sebagai penanda.
Setahu Saya
Konsep 0 baru diperkenalkan oleh orang india bernama Brahmagupta yang
penemuannya dipakai saat ini dalam matematika, 0 bukan sebuah pembatas
saja diantara angka 1 dan -1 angka ini juga berguna dalam proses hitung
menghitung.
Walaupun begitu sampai saat ini pun saya
masih mempertanyakan angka 0 itu sendiri seringkali angka 0 itu tidak
adil seperti yang disebutkan tadi diatas dan seakan eksklusif semua
angka yang dikali dengan 0 menjadi 0 dan setiap bilangan yang dibagi
dengan 0 menjadi tak terhingga. Bagi saya itu sebuah ketidakadilan
matematika takutnya angka lain menjadi cemburu karenanya.nanti bisa
bertengkar menciptakan pertentangan antar kelas yang akhirnya angka
yang paling kuat akan menang.itulah hukum angka.
Logika
yang diagung-agungkan banyak orang pun sebagai salah satu cara dalam
memahami alam semesta yang bisa diukur melalui hukum-hukumnya
berdasarkan logika ketika menggunakan angka nol akan menyebabkan
kemacetan logika. Dalam hal ini tentunya ketika dipakai matematika dalam
dunia kuantum, logika menjadi seakan macet seperti kata Richard feyman
“masalahnya adalah ketika kita menghitung sampai ke jarak Nol
persamaannya macet di didepan kita dan tidak memberikan jawaban yang
berarti”.
Dunia kuantum seakan tidak beraturan sehingga
memaksa hukum-hukum fisika dan penghitungan matematika saat ini menjadi
kurang relevan lagi.
Kenapa jadi serius gini membahas
angka 0 sampai kepada dunia kuantum segala,dengan keterbatasan
pengetahuan saya akan dunia kuantum kita tinggalkan saja pembahasannya
kalau mau tahu lebih lanjut yah tanya pada ahli-ahli fisika kuantum
atau buku-buku tentang dunia kuantum bukan buku ini karena buku ini
membahas ketidakseriusanologi.
Saya jadi berpikir akan
kemacetan logika,jika logika bisa macet berarti ada peluang bagi
metafisika,mukjizat dan hal yang tidak masuk akal lainnya untuk bisa
dijelaskan dengan hukumnya masing-masing. namun bukan itu intinya,
intinya ialah bagaimana ilmu pengetahuan itu berkembang dan senantiasa
mengkoreksi hukum sebelumnya.seperti contoh diatas tadi angka 0 dibuat
untuk memudahkan matematika yang dulu tidak menggunakan 0 walaupun
mengalami kesulitan ketika berhadapan dengan dunia kuantum, teori-teori
fisika yang sekarang pun merupakan penyempurnaan akan hukum-hukum
fisika lampau,kita pun jangan berhenti berpikir dan jangan menerima
pengetahuan dengan kebenaran mutlak. Ironis sekali saya diajarkan dulu
di sekolah untuk menyelesaikan soal-soal dengan rumus yang sudah ada,
tanpa disuruh untuk mengkaji bagaimana rumus-rumus itu awalnya
terbentuk.dengan mengetahui proses awal dari rumus-rumus itu terbentuk
mungkin ada ruang bagi kita untuk menyelidiki lebih dalam bahkan ada
ruang juga untuk kritik dan akhirnya memperbaikinya dengan menciptakan
rumus baru.
Begitulah yang seharusnya terjadi dalam
mempelajari apapun bukan hanya menghapal tetapi memaknai bagaimana
pengetahuan itu terbentuk untuk kemudian mengujinya dan akhirnya
menerimanya sebagai suatu pengetahuan bahkan peluang untuk munculnya
pengetahuan baru akan lebih banyak lagi sehingga institusi kreatif kita
akan lebih berkembang.
Sebuah negara yang ingin maju pada abad
ini harus menempatkan pendidikan pada prioritas utamanya, bahkan
perubahan radikal sekalipun diperlukan dalam dunia pendidikan yang
sekarang banyak yang terjebak oleh cara-cara lampau yang hanya
mengandalkan hapalan dan tes tertulis saja.sudah banyak orang-orang
pintar dalam dunia pendidikan yang menginginkan perubahan tetapi
tertahan oleh otoritas pemerintahnya sendiri.
Waduh jadi
membahas sistem pendidikan segala tak apalah biarkanlah saya menulis
semau saya melompat-lompat atau tidak nyambung juga tidak apa-apa
pembaca suka atau tidak suka juga tidak apa-apa,paham atau tidak paham
juga tidak apa-apa.
Seperti halnya tentang dunia kuantum
mengenai sistem pendidikan ini pun saya tidak akan membahasnya lebih
jauh lagi karena banyak sudah ahli-ahli pendidikan sudah menjelaskannya
yah kalau mau tahu lebih lanjut tanya saja kepada mereka atau baca
buku-bukunya dan maknaialah apakah sistem pendidikan kita sudah
berhasil ataukah perlu perubahan?saya jawab sangat perlu
perubahan.bagaimana jawaban pembaca?
Menurut saya hampir
semua pengetahuan didapat melalu berpikir kecuali pengetahuan tidak
berpikir tetapi ketika ada orang yang memikirkannya seperti saya maka
itu pun didapat melalui berpikir. Ada beberapa cara tekhnik-tekhnik
berpikir yah pelajarilah buku-buku atau pengetahuan tentang cara
berpikir bukan disini karena ketidakseriusanologi bukan cara berpikir
tetapi jika dampaknya menyebabkan orang berpikir yah terserah.
Intinya
berpikir itu sangat penting, berpikirlah walaupun sederhana
sekalipun,karena bisa jadi ide besar lahir dari penyempurnaan ide yang
sederhana. Teori gravitasi newton pun didapat dari sebuah pemikiran yang
sederhana, ketika newton melihat apel jatuh dia berpikir kenapa apel
itu jatuh namun bulan tidak jatuh, berarti ada suatu gaya yang membuat
apel itu jatuh dan bulan tidak jatuh.akhirnya pemikiran sederhana pun
menjadi sebuah teori besar yang akhirnya teori tersebut terus
dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan sesudahnya.
0 comments:
Posting Komentar